Yogyakarta - Setelah sebelumnya dilaksanakan di Gorontalo, diskusi buku “Mengayuh di antara Gelombang: Diskursus Kepemimpinan dan Ikhtiar Membangun UNG” dilaksanakan untuk kedua kalinya bersama Himpunan Pelajar Mahasiswa Gorontalo (HPMIG) Cabang Yogyakarta pada Kamis (11/11) di Kafe Basabasi, Yogyakarta.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo Dr. Eduart Wolok, ST.,MT., pada sambutanya mengatakan, Buku tersebut tidak bermaksud untuk mengglorifikasi dirinya sendiri, melainkan untuk menyambut seluruh ide-ide dan gagasan dalam menyongsong UNG yang unggul dan berdaya saing.

Arief Abbas, M.A., salah satu penulis buku itu mengatakan bahwa ide di dalam buku ini sepenuhnya adalah gagasan yang terjadi secara terus menerus dalam rangka memajukan Universitas Negeri Gorontalo sebagai perguruan tinggi yang adaptif.

“Segala pencapaian UNG tidak dilakukan oleh satu orang, melainkan bersama-sama dengan melibatkan banyak orang. Di dalam hal tersebutlah, kepempimpinan rektor diuji. Ada gelombang di sana-sini yang menghantam-hantam,” ungkapnya.

Arum Kusumaningtias, yang juga merupakan salah satu pembedah pada acara saat itu merespon dan mengapresiasi buku ini dengan sangat baik. Baginya, bahkan Eduart merupakan pemimpin visioner.

“Eduart punya visi besar tentang bagaimana menjadikan universitas tidak saja sebagai tempat di mana para intelektual bersembunyi di menara gading, melainkan harus turun sampai ke akar rumput untuk memikirkan nasib banyak masyarakat,” jelasnya.

Diskusi yang dihadiri oleh berbagai mahasiswa diaspora dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, bahkan Jawa ini diharapkan menjadi semacam refleksi tentang bagaimana seharusnya mahasiswa tidak boleh lagi berpangku tangan, namun harus menjadi subjek-subjek yang mampu berkontribusi lewat berbagai kerja-kerja lintas sektor untuk menciptakan dampak positif pada masyarakat luas.