GORONTALO – Keberadaan seorang guru tidak hanya dituntut untuk bagaimana dapat melakukan transfer pengetahuan kepada anak didik, namun juga para guru dituntut untuk harus bisa menciptakan kondisi dimana siswa tersebut dapat mengikuti proses transfer ilmu tersebut dengan nyaman. Terlebih nantinya para murid tersebut juga didik para untuk dapat menjadi seorang guru yang baik. Hal tersebut diungkapkan Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prof. Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Pd, saat memberikan sambutan pada Konferensi Nasional Pendidikan Matematika IV, Selasa (11/08).

Permasalahan utama pendidikan di Indonesia kata Rektor, bukan karena terletak pada persoalan guru mampu atau tidak dalam memberikan pendidikan kepada para siswa. “Namun permasalahan utamanya apakah para guru tersebut mampu menciptakan suasana berlajar kondusif, sehingga merasa nyaman dalam aktifitas belajar. Dan hal ini merupakan tantangan terbesar para guru,” ungkap Rektor.

Dijelaskan Rektor, saat ini paradigma masyarakat beranggapan bahwa pendidikan matematika identik dengan angka-angka dengan muka yang mengkerut. “Bahkan para guru beranggapan, jika dalam kegiatan pembelajaran para siswa belum mengkerutkan dahi dengan mata melotot, berarti menandakan para siswa belum berpikir,” terang Rektor.

Tentunya kata Rektor, paradigma tentang pendidikan matematika harus dapat dirubah. Sudah saatnya para pakar pendidikan matematika dapat mendesain kembali, bagaimana metode pembelajaran yang baik dan benar untuk menciptakan matematika yang ramah lingkungan. Dan ajang KNPM IV ini kata Rektor merupakan momentum tepat untuk dapat merumuskan kembali usulan terkait pengembangan pendidikan matematika yang lebih baik lagi, baik itu ke pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

“Permasalahan ini juga merupakan tantangan terseniri dari seluruh Perguruan Tinggi khususnya Universitas Negeri Gorontalo. Agar bagaimana Perguruan Tinggi bisa mencetak para Guru yang bisa dirindukan peserta didik,” pungkasnya. #