GORONTALO – Mengawali dimulainya aktifitas akademik pada semester ganjil tahun 2015/2016, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo menggelar Kuliah Umum terkait dengan kebudayaan Gorontalo, Senin (7/9). Di Perpustakaan Pusat UNG. Kegiatan yang diikuti seluruh mahasiswa FSB tersebut menghadirkan Ketua Dewan Adat Prov. Gorontalo Dr. Karim Pateda, MM sebagai narasumber utama.

Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Dr. Harto Malik, M.Hum mengatakan, Forum ilmiah merupakan salah satu agenda wajib yang dilaksanakan FSB setiap tahunnya dalam mengawali rangkaian kegiatan akademik mahasiswa, dengan menghadirkan berbagai praktisi diberbagai bidang kajian.

“Agenda ini sangat penting sebagai materi awal dalam memberikan pencerahan serta pengetahuan baru bagi mahasiswa setelah sebelumnya menjalani libur semester,” ungkap Harto.

Lebih lanjut Harto menjelaskan, dipilihnya budaya Gorontalo sebagai kajian utama kuliah umum, didorong adanya kecemasan dari kalangan civitas akademikan tentang kurangnya keaktifan masyarakat terutama para remaja dalam melestarikan bahasa daerah Gorontalo. Terlebih saat ini para remaja khususnya mahasiswa terkesan enggan untuk menggunakan Bahasa Gorontalo dalam berkomunikasi antar sesame masyarakat Gorontalo.

“Ini sebagai upaya untuk merangsang kembali pengetahuan serta keinginan kaum muda dalam berpartisipasi aktif melestarikan bahasa Gorontalo, yang saat ini semakin tergerus dengan budaya asing,” terang Harto.

Dikatakan Harto, sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam kebudayaan daerah, FSB ingin mengambil peran penting sebagai pelopor dalam melestarikan kebudayaan Gorontalo khususnya dalam hal berbahasa Gorontalo. Salah satu langkah yang akan dilakukan dengan melakukan berbagai kajian ilmiah tentang kebudayaan daerah dengan melibatkan seluruh mahasiswa FSB.

“Meski terdiri dari mahasiswa dengan multietnis bukanlah halangan dalam melestarikan budaya Gorontalo. Karena mahasiswa dari etnis lainnya dapat turut berpartisipasi melestarikan dengan mengambil peran sebagai penikmat kebudayaan Gorontalo,” pungkas Harto. (wahid)